Category Archives: Info Pertanian

Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0?

Yukk,kita bahas lebih lanjut…

Apa sih Revolusi Industri 4.0 ?

Revolusi Industri 4.0 merupakan trend di dunia industri yang menggabungkan antara teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber.

Kok udah 4.0 aja ? 1.0 nya apa ?

Gini nih sejarahnya :

  1. Revolusi indutri 1.0  : penemuan mesin uap
  2. Revolusi industri 2.0  : penemuan tenaga listrik
  3. Revolusi indutri 3.0 : otomasi
  4. Revolusi Industri 4.0 : Efisiensi mesin dan manusia yang terkonektivitas dengan internet

Elemen Revolusi Industri 4.0

  1. Internet of Things (IoT) 
  2. Artificial Inteligence
  3. Human-machine interface (Drones,Satelite etc)
  4. Tecnology robotic and sensor
  5. 3D Printing 

Peranan Revolusi Industri 4.0 di Bidang Pertanian  ?

Revolusi Industri 4.0 memiliki peranan penting dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan melalui mekanisasi pertanian. Mekanisasi ini dapat berupa mesin otomatis yang terintegrasi dengan internet sehingga diharapkan bisa mencapai target swasembada tersebut.

Penasaran sama alat-alat mekanisasi tersebut ? Apa aja sih ?

Ternyata sekarang alat-alat mekanisasi sudah berkembang loh. FYI : dari mesin pengolahan tanah sampai panen untuk beberapa komoditas pertanian sudah lengkap,sehingga semakin memudahkan pekerjaan manusia

  • Pengolahan tanah
  •                Penanaman Benit dan Bibit
  • Mesin Penakar Pupuk, Pengairan, dan Pencegahan Hama Penyakit
  • Pemanenan

Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0 ?

  • Smart Farming (Pertanian Pintar)
  • Precision Farming (Pertanian Terukur)
  • Gene Editing (Bioteknologi) Misal GMO

Contoh Pengaplikasian Pertanian 4.0 di Indonesia

Pengaplikasiannya tersebut bisa di lihat pada “Habibi Garden” yang merupakan sebuah perusahaan digital yang berusaha memberikan solusi untuk para petani berkomunikasi dengan tanaman dengan menggunakan teknologi IoT seperti sensor suhu, kelembaban, nutrisi dan lain sebagainya.

Kendala Perkembangan Pertanian 4.0 di Indonesia ?

Di bidang pertanian, revolusi industri 4.0 belum terlalu dominan karena beberapa faktor di antaranya sumber daya manusia, kondisi lahan pertanian Indonesia, serta teknologi yang belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. 

Upaya yang dilakukan Pemerintah ?

Kementan telah menyiapkan rencana pengembangan pertanian dengan menyediakan berbagai macam alat mekanisasi dan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga diharapkan Indonesia mampu menjawab tantangan untuk menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

Sumber : 

Danu Adji. 2019. “24 Alat Pertanian Modern yang Bisa Digunakan di Indonesia” danuadji.com Pak Tani. 2018. “3 Fakta Revolusi Industri 4.0 pada Pertanian Indonesia” paktanidigiital.com. 

#BanggaBereksplorasi

Hidroponik: Budidaya Tanaman Tanpa Tanah

Hidroponik terdiri dari kata hydro yang artinya air dan poros yang artinya daya. Hidroponik dapat diartikan sebagai budidaya tanaman tanpa media tanah, melainkan menggunakan air yang telah diberi nutrisi, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hidroponik dapat dijadikan solusi untuk mengatasi lahan yang terbatas, lahan yang telah rusak, dan adanya serangan dari hama dan penyakit pada tanaman. Selain mengatasi masalah-masalah tersebut, hidroponik juga memiliki banyak manfaat, yaitu menghasilkan kualitas tanaman yang lebih baik, tanaman terhindar dari hama, menghemat penggunaan pupuk, menimalisir penggunaan lahan, tanaman dapat tumbuh dengan cepat, dan menghemat tenaga dan waktu. Contoh dari tanaman-tanaman yang dapat dibudidayakan dengan metode hidroponik adalah selada, cabe, tomat, kangkung, dan stroberi.

Tanaman cabe dalam budidaya hidroponik

Air dalam hidroponik berfungsi untuk melarutkan nutrisi yang akan di serap oleh akar tanaman. Nutrisi yang biasa digunakan adalah larutan AB Mix yang terdiri dari larutan A dan larutan B. Larutan A adalah unsur makro yang diperlukan oleh tumbuhan, yaitu Nitrogen (N), Phospat (P), Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Larutan B adalah unsur mikro yang diperlukan oleh tumbuhan, yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), Zinc (Zn), Tembaga (Cu), Boron (B) dan Molibdenum (Mo). Larutan AB Mix dibuat dengan cara sebagai berikut:

  1. Siapkan larutan A dan larutan B
  2. Siapkan 2 ember dan diisi air bersih sebanyak 5 L
  3. Siapkan 2 jirigen 5 L untuk menyimpan stok nutrisi
  4. Tuangkan larutan A dan B termasuk bubuk kecilnya ke dalam masing-maisng ember.
  5. Aduk hingga rata
  6. Tuangkan masing-masing larutan ke dalam jirigen yang berbeda
  7. Ambil masing-masing 5 mL larutan A dan B dari masing-masing jirigen
  8. Campurkan 5 mL larutan A dan B ke dalam 1 L air bersih
  9. Aduk hingga rata
  10. Nutrisi sudah siap untuk digunakan

Keberadaan air sebagai media utama memerlukan bantuan dari media lainnya yang dapat berperan sebagai penyangga tanaman. Contoh dari media tersebut adalah rockwool, arang sekam, batu bata, hydrogel, dan pasir.

Metode hidroponik terdiri dari beberapa metode, yaitu:

  1. Wick system, budidaya menggunakan sumbu
  2. Drip system, budidaya dengan sistem tetes
  3. Raft system
  4. NFT system (Nutrient Film Technique), pengaturan pemberian nutrisi dengan bantuan timer
  5. Aquaponic, budidaya menggunakan nozzle agar nutrisi bisa tersebar ke akar tanaman
  6. Bubbleponic, larutan nutrisi dipompakan melalui pembentuk gelembung untuk memperkaya kandungan oksigen
  7. Bioponic, budidaya tanaman yang menggabungkan antara sistem hidroponik dengan sistem pertanian organik

Dari metode-metode tersebut, metode yang cocok untuk pemula adalah metode wick system. Alat dan bahan yang harus disiapkan dengan metode ini adalah botol air mineral, gunting, sumbu, paku, dan larutan AB Mix. Cara kerjanya adalah:

  1. Potong botol bekas menjadi 2 bagian
  2. Lubangi tutp botol
  3. Gabungkan kedua bagain botol dengan cara membalik bagian moncong botol menghadap ke bawah
  4. Pasang sumbu pada tutup botol
  5. Tanam bibit tanaman pada bagian atas dengan media secukupnya
  6. Isi bagian botol bawah dengan air nutrisi
Budidaya hidroponik menggunakan wick system

Hidroponik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah produksi tanaman lebih tinggi jika di bandingkan dengan metode tanam dengan tanah, tanaman dapat terbebas dari hama dan penyakit, menghemat pemakaian pupuk, penggantian tanaman lebih mudah, mempermudah pekerjaan maupun perawatan tanaman, dan tanaman akan memberikan hasil secara berkelanjutan. Kekurangan dari hidroponik adalah memerlukan biaya lebih di awal, terutama jika berencana untuk menanam hidroponik dalam skala besar, membutuhkan alat-alat khusus, memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, membutuhkan ketelitian yang lebih, karena nutrisi untuk tanaman harus benar-benar di awasi secara cermat.

Bunga Matahari

Si Cantik yang Memiliki Segudang Manfaat

Sudah pernah lihat bunga matahari di Sekretariat Himarekta “Agrapana” ITB ? Selain cantik dan instagramable ternyata si cantik ini memiliki segudang manfaat loh. Yuk kita explore !!

Bunga Matahari 

Merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam suku Asteraceae. Bunga ini dapat mencapai tinggi 3-5m serta memiliki warna kuning sampai orange  tergantung jenis varietasnya

Keunikan Bunga Matahari

Bunga ini memiliki keunikan yaitu selalu mengikuti pergerakan matahari (heliotropisme) yang menyebabkan proses fotosintesis dari bunga tersebut menjadi lebih efisien

Peranan Bunga Matahari di Bidang Pertanian

Bunga matahari termasuk ke dalam tanaman Refugia yang merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai tempat perlindungan dan sumber makanan bagi musuh alami pertanian sehingga cocok jika ditanam disekitar lahan pertanian

Hama yang dikendalikan oleh Bunga Matahari

Bunga matahari efektif dalam menarik predator jenis pirate bugs yang akan memangsa wereng, aphids, kepik dan kutu putih. Selain itu bunga matahari juga bisa manarik laba-laba untuk membuat jaring-jaring yang berguna untuk menjerat hama wereng dan beberapa jenis serangga lainnya yang merugikan tanaman pertanian

Manfaat lain Bunga Matahari

Bunga matahari bisa digunakan sebagai pengganti pupuk NPK sebesar 25-50% karena mengandung 4% nitrogen, 4,1% fosfor, dan 0,59% kalium. Selain itu bunga matahari juga dapat menjadi penahan erosi karena memiliki perakaran yang kuat.

Bunga Matahari di Sekretariat Himarekta “Agrapana” ITB

# BanggaBerexplorasi

#ExplorAsiq

Polusi Udara ? Lidah Mertua Solusinya!

Polusi udara Jakarta semakin memburuk semenjak beberapa minggu terakhir yang ditunjukan oleh data Airvisual pada pertengahan Juli dan awal Agustus lalu. Berdasarkan index AQI yaitu indeks yang digunakan oleh airvisual untuk menggambarkan tingkat polusi udara, kualitas udara Jakarta berada pada angka 156 yang mengindikasikan bahwa udara Jakarta berada pada ambang tidak sehat. Data ini juga diperkuat oleh pemantauan satelit lapan bahwa telah terjadi penurunan kualitas udara dibeberapa daerah di Indonesia termasuk Bandung, Medan dan Surabaya. Polutan utama yang digunakan airvisual untuk menggambarkan tingkat polusi udara adalah PM 10, karbonmonoksida, asam belerang, nitrogen dioksida dan ozon. Polusi udara ini disebabkan oleh aktivitas industri, kendaraan bermotor, dan diperparah dengan adanya musim kemarau. Pemerintah Jakarta berdasarkan Intruksi Gubernur Jakarta no 66 tahun 2019, telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Diantaranya adalah pemberlakuan kendaraan ganjil genap, hingga membagikan tanaman lidah mertua secara gratis.

Tanaman Lidah Mertua

Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi dampak polusi udara adalah penggunaan tanaman lidah mertua. Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) merupakan tanaman hias yang berbentuk runcing menyerupai pedang, memiliki daun tebal dengan kandungan air yang tinggi. Bentuk daun rata, tumbuh tegak, kaku dengan tinggi 40-100 cm. Tanaman ini tumbuh baik pada lingkungan dengan tanah yang tidak terlalu lembab, curah hujan 250 mm/tahun, cahaya matahari penuh 1000-10.000 fc, dan suhu optimum 24-29oC. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai filter alami karena memiliki efektivitas untuk mengurangi detoks. Lima helai daun lidah mertua efektif untuk membersihkan ruangan seluas 100 m2, karena jumlah stomata yang dimilikinya.

Efektifitas Lidah Mertua
Lidah mertua memiliki efektifitas sebagai tanaman anti polusi, karena lidah mertua memiliki jumlah klorofil yang banyak dan kerapatan stomata yang tinggi. Apabila gas beracun masuk ke dalam stomata, maka polutan tersebut akan terikat dan menggantikan Mg pada bagian klorofil. Proses pengikatan logam berat ini juga dibantu oleh mikroba seperti Rigidoporus microporus yang berada di akar lidah mertua. Keefektifan lidah mertua ini telah diuji dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan metode ekstraksi. Metode ekstraksi dilakukan dengan meletakkan tanaman lidah mertua dan tanaman lain sebagai pembanding di tempat yang telah diberikan polutan. Setelah dibiarkan beberapa lama, kedua tanaman tersebut diekstrak untuk dilihat efektifitasnya dalam mengurangi polutan. Penelitian NASA juga membuktikan bahwa tanaman Sansevieria mampu menyerap 107 racun dan polutan.

Tanaman Garbera Daisy

Selain tanaman lidah mertua, tanaman Garbera daisy memiliki efektifitas sebesar 35% dalam menyerap polutan. Angka tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan tanaman lidah mertua yang hanya memiliki efektifitas sebesar 13%. Tanaman bambu dan palm kuning juga sangat cocok digunakan sebagai tanaman outdoor penyerap polusi. Namun, tanaman yang dapat menyerap populasi tertinggi adalah tanaman jenis pohon-pohonan, yaitu trembesi yang memiliki efektivitas besar dalam menyerap polutan. Satu pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton gas CO2, selain itu juga ada pohon jati, mahoni, saga, akalipa merah, dan cemara angin.

Pohon Trembesi

Lalu bagaimana cara mengurangi polusi?

  1. Dilakukan pembuatan taman kota dengan melibatkan ahli-ahli dibidang lingkungan, kehutanan dan pertanian untuk menempatkan tanaman. Hal ini penting dilakukan karena karakteristik tanaman, baik itu pohon ataupun tanaman hias sangat penting diketahui karakteristiknya disamping aspek estetika
  2. Melakukan rekayasa genetik terhadap tanaman yang memiliki efektifitas menyerap polutan sehingga pengurangan polutan bisa lebih cepat
  3. Membuat konsep gedung dengan kombinasi ruang hijau, karena menggunakan tanaman lidah mertua saja tidak cukup untuk mengurangi polusi udara
  4. Penggunaan vertikultur di setiap rumah bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polutan di perkotaan

Sumber :
https://m.detik.com/news/berita/d-4678958/data-airvisual-sabtu-pagi-udara-jakarta-terburuk-ke-3di-dunia https://www.google.com/urlsa=t&source=web&rct=j&url=https://www.scribd.com/document/356 910980/7-jurnal-Nanikpdf&ved=2ahUKEwjQuuPk1Z3kAhXDMI8KHddzAgAQFjABegQICBAB&usg=AOvVaw1e2of74TDIizqkW qzMqUro
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190724140622-255-415075/menakar-efektivitas-lidahmertua-untuk-atasi-polusi-jakarta
https://bibitbunga.com/mengenal-lidah-mertua-tanaman-penyerap-polusi/
https://pdfs.semanticscholar.org/8baf/a04f422f1a98b620563d0e7cfdaee1c37647.pdf?_ga=2.46276 775.1689123022.1566729707-758164464.1566729707
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/24/07444551/di-balik-keputusan-pemprov-dkipakai-lidah-mertua-sebagai-solusi-polusi?page=all

Menelusuri Pertanian di Jepang

Pada “Japan Experience Program 2016” tanggal 1-10 September lalu, Ilmiasa Saliha (BioAgriculture ‘13) melakukan perjalanan ke Jepang! Kegiatan yang dilakukan berupa field-trip ke beberapa perusahaan makanan, pertanian, lahan pertanian, dan street food. Salah tiga perusahaan yang menarik ialah “Ina No Sato” “Japan Agriculture (JA)”, dan “Tsutikko Tajima Farm” yang berlokasi di Minami-Aizu. Simak langsung pengalaman Ilmiasa berikut ini!

Inna no Sato

Ina no Sato mempunyai lahan produksi tomat dalam greenhouse yang berlokasi di kota kecil Minami-Aizu, prefektur Fukushima. Ina no Sato didirikan pada tahun 1997 dalam bentuk organisasi kemudian berkembang menjadi bentuk perusahaan pada tahun 2005. Ina no Sato memfasilitasi para petani kecil dalam budidaya tomat produksi. Konon katanya, tomat di Minami-Aizu ini cukup terkenal di Jepang karena harganya yang murah. Ada 4 jenis tomat produksi utama yang dibudidayakan, yaitu tomat kuning, tomat orange, tomat merah bulat, dan tomat merah lonjong. Kesemua tomat tersebut berbentuk kecil, imut, dan rasanya manis! Warna yang berbeda, rasa manisnya juga berbeda. Tomat -tomat ini juga enak dikonsumsi langsung sebagai snack daripada sebagai sayur loh! Produksi tomat paling besar di Ina no Sato ialah saat musim panas sedangkan musim dingin sulit dilakukan karena tebalnya salju yang menghambat pertumbuhan tomat. Nah, salah satu alternatif komoditas yang dibudidayakan saat winter ialah jamur namun harganya mahal karena cukup sulit menanam saat salju.

Greenhouse di Inna no Sato, Jepang
Greenhouse di Inna no Sato, Jepang

Untuk marketnya, tomat-tomat ini dijual di prefektur Fukushima dan Nigata, yaitu ke supermarket yang sudah memiliki kerjasama dengan Ina no Sato. Hal lain yang menarik ialah, produk tomat Ina no Sato memiliki sertifikat organik yang tertulis di boxnya. Lalu untuk produk beras, mereka memiliki sertifikat Eco-Farm loh! Sertifikat organik dan Eco-Farm ini di Jepang tidak terlalu sulit untuk didapatkan. Sekedar informasi, level sertifikat organik di Jepang ada beberapa. Level 1 untuk pure organic, level 2 untuk yang special, dan level 3 untuk eco-farm. Produk-produk Ina no Sato juga tidak mengandung GMO (Genetically Modified Organism), alias aman dan sehat.

Tomat Hasil Panen (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tomat Hasil Panen (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Japan agriculture

Selanjutnya, tidak jauh dari Ina no Sato terdapat Japan Agriculture (JA) yaitu pabrik dan lahan tomat produksi yang lebih besar. Sedikit inovasi yang membedakan dari Ina no Sato ialah irigasi di lahan milik JA ini sudah otomatis menggunakan alat komputer pengendali (automatized & computerized). Lalu untuk mengusir serangga, di setiap ujung bedengan ditanam bunga pengusir serangga. Produk tomat yang sudah di-packaging di JA kemudian didistribusikan ke supermarket – supermarket terdekat.

Irigasi Modern di JA (Dokumentasi Pribadi, 2016)
Irigasi Modern di JA (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Tuttiko Tajima Farm

Masih di kota kecil Minami-Aizu, ada Tsutikko Tajima Farm berbentuk perusahaan keluarga (family company) yang memproduksi bunga hias (bouquet), jus tomat, jus peach, jus apel, dan miso. Tsutikko Farm memiliki lahan buah-buahan sendiri yang bekerjasama dengan para petani dan alat-alat pembuat jus sendiri. Menariknya, Tsutikko Farm sudah memiliki timeline kerja yang jelas di setiap musimnya dalam menghasilkan produk. Saat spring dan summer, diproduksi bunga hias dan jus buah. Sedangkan saat winter diproduksi fermentasi miso. Semua yang dilakukan berdasarkan kemampuan pertumbuhan tanaman di musim yang berbeda. Jadi perusahaan ini bisa ‘running’ sepanjang tahun.

Tsutikko Tajima Farm (Dokumentasi Experience Japan Program, 2016)
Tsutikko Tajima Farm (Dokumentasi Experience Japan Program, 2016)

Dari Tsutikko Tajima Farm ini kita bisa belajar lebih jelas mengenai “The Sixth industrialization” untuk “Japanese Agricultural Development”, yaitu industrialisasi pertanian yang menggabungkan budidaya di lahan on farm (industri primer), food processing (industri sekunder), dan retail (industri tersier) dalam satu perusahaan, untuk memenuhi kebutuhan produk pertanian bagi konsumen. Jadi trend perusahan pertanian di Jepang saat ini sedang bergerak ke arah “The Sixth industrialization” sesuai arahan pemerintah.

So, buat kamu yang ingin memajukan pertanian dunia, bisa belajar banyak nih dari Jepang dan negara maju lain. Kenapa pertanian harus maju? Karena selama manusia membutuhkan makanan maka pertanian pasti akan selalu dibutuhkan. Jika pertaniannya maju, maka soal makan akan lebih mudah. Lalu kalau soal makan sudah beres, maka peradaban maju juga akan mengikuti dengan sendirinya. Itu yang sebetulnya kita semua inginkan, bukan?  So, the world really needs you, agri-youth! 🙂 (Ilmiasa Saliha)

LA NINA – Berkah atau Bencana?

Banjir La Nina (Sumber : abc.net.au)
Banjir La Nina (Sumber : abc.net.au)

Pertanian Indonesia memang sering disapa hangat oleh fenomena yang satu ini. Ya, apalagi kalau bukan La Nina. Menurut kabar dari Menteri Pertanian dan BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika),  La Nina berlangsung selama tiga bulan di Indonesia pada tahun 2016 lalu. Anomali cuaca tersebut, akan dimulai pada bulan Juli dan berakhir pada bulan September. Nah, perlu bagi kita untuk memahami La Nina ini terutama dampaknya pada bidang pertanian. Langsung saja, simak yang berikut ini!

Apa itu La nina?

Kondisi La Nina (Sumber : google.com)
Kondisi La Nina (Sumber : google.com)

La Nina merupakan kondisi anomali cuaca yang terjadi di daerah Samudra Pasifik dan Indonesia bagian timur. La Nina merupakan hujan yang sangat lebat yang turun pada musim kemarau. La Nina dapat terjadi karena suhu pada Indonesia bagian timur lebih tinggi daripada suhu di Samudra Pasifik sehingga penguapan air laut menjadi tinggi dan dapat menurunkan hujan lebat dan berkepanjangan di kawasan Asia Tenggara dan Australia.

Apa dampaknya?

La Nina (Sumber : google.com)
La Nina (Sumber : google.com)

Pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Fenomena La Nina dapat berdampak pada peningkatan intensitas air sehingga menimbulkan banjir serta gangguan hama dan penyakit bagi tanaman. Banjir yang terjadi di areal sawah berdrainase buruk dapat mengakibatkan gagal panen dan gangguan hama timbul akibat cuaca yang lembab dan basah. Sisi positifnya, fenomena ini dapat mengurangi kasus kekeringan dan meningkatkan luas panen terutama pada lahan sawah tadah hujan.

Bagaimana Strategi menghadapinya?

Saat ini, Pemerintah telah menyiapkan strategi berupa percepatan tanaman pangan, seperti padi, jagung, dan kedelai. Hal ini dimaksudkan untuk memasok curah hujan agar siap pada akhir tahun. Selain itu, dilakukan pula normalisasi jaringan irigasi primer &sekunder, persiapan pompa- pompa pembuangan air serta pembangunan sumur untuk menyerap air di daerah rawan banjir. Dengan demikian gagal panen dapat dihindari.

(Dari berbagai sumber)

Berkenalan dengan Si Kecil Microgreen!

Hello, Agriyouth! Tahukah kamu apa itu microgreen? Microgreen diambil dari kata “micro” yang berarti kecil atau mini, dan “green” yang berarti hijau atau untuk menyebut istilah sayur. Microgreen merupakan sayur mini yang dipanen pada umur yang masih muda, yaitu sekitar 7-14 hari setelah semai. Microgreen ini sudah populer di Amerika, sehingga benih-benih yang dipakai untuk menanam microgreen adalah sayur-sayur mini yang asalnya dari Amerika. Jenis-jenis sayur tersebut antara lain selada (lettuce), lobak (radish), basil (kemangi), kol merah (red cabbage), seledri (celery), peterseli (parsley), dan sebagainya.

Microgreen (Sumber : google.com. Photos by MSU Extension Service/Gary Bachman)
Microgreen (Sumber : google.com. Photos by MSU Extension Service/Gary Bachman)

Microgreen berbeda dengan kecambah karena microgreen sudah mempunyai daun dan batang yang lebih menyerupai sayuran. Selain itu, kecambah tumbuhnya di air, sedangkan microgreen sengaja ditanam dan ditumbuhkan di media tumbuh. Microgreen mempunyai sumber vitamin, mineral, dan beat karoten yang lebih tinggi dibandingkan sayuran biasa itu sendiri pada umur dewasa. Oleh karena itu microgreen sangat dianjurkan untuk dikonsumsi masyarakat kita karena kandungan gizinya yang lebih tinggi serta penanamannya yang lebih praktis, efisien, dan mudah.

Cara menanamnya pun sangat mudah.

  1. Siapkan wadah tanam (misalnya tray brownies atau plastik), benih microgreen, media tumbuh (bisa memakai tanah, cocopeat+sekam bakar, rockwool, kapas, atau spons), dan air atau nutrisi cair.
  2. Isi wadah tersebut dengan media tumbuh, taburkan dengan benih secara rapat dan merata, lalu siram dengan air atau nutrisi.
  3. Tunggu sekitar 7-14 hari.
  4. Microgreen dapat langsung dipanen dengan cara digunting batangnya. Dapat pula langsung dimakan, ditumis, atau dijadikan sebagai salad.

**Disadur dari berbagai sumber.

Ada Apa dengan Impor Beras?

Impor Beras BULOG (Sumber : google.com)
Impor Beras BULOG (Sumber : google.com)

Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk negara kita, Indonesia. Beras menjadi “mesin” utama kemajuan bangsa kita. Bayangkan, kalau tidak ada beras, maka tidak ada nasi. Kalau tidak ada nasi, maka kita tidak makan. Dan kalau kita tidak makan, negara kita lama-kelamaan akan hancur. Ya, bisa dikatakan beras atau makanan pokok menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Para tokoh besar sering bilang, “kalau ingin melihat kemajuan suatu bangsa, lihatlah kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan kualitas pangan di negaranya sendiri.” Bagaimana dengan Indonesia? Mari kita berefleksi.

Yang perlu kita ubah mindset tentang beras ialah, masalahnya bukan terletak pada luas lahan sawah padi yang kita punya. Menurut data BPS, luas lahan sawah tahun 2013 di pulau Jawa dan Bali ialah rata-rata 900.000 ha, dan di pulau Kalimantan dan Sumatera rata-rata seluas 260.000 ha. Belum termasuk yang ada di pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Sungguh, negara kita sangat kaya! Dan kalau secara logika, mestinya negara kita menjadi pengekspor beras nomer wahid di seluruh dunia! Tapi mengapa kita masih saja melakukan impor beras?

Ternyata ada beberapa penyebab utama masalah ini: pola pikir petani yang tidak selaras dan se-visi dengan program pemerintah, ketidakseriusan dan kurangnya perhatian pemerintah untuk menggencarkan swasembada pangan, serta kurangnya subsidi dan distribusi soal per-beras-an. Lantas bagiamana solusinya? Solusinya adalah: bersyukur! Bagaimana caranya? Dengan bersyukur kita akan tergerak untuk menggencarkan program pendidikan dan penyuluhan untuk petani, menjembatani petani dengan pemerintah, dan menjadi pengusaha beras yang bisa membantu swasembada pangan. Ada banyak jalan menuju Roma, maka ada banyak jalan pula menuju kesuksesan penyelesaian masalah (Ilmiasa BA’13)

Ditulis dari hasil kajian rumpun pangan KM-ITB 16 April 2016